Salam dunia...

Sunday, January 10, 2010

Kematian itu pasti.."kullu nafsin zaa iqatul maut"

AL-MAUT (SEBUAH KEMATIAN)

Semalam bertarikh, 9.1.2010, aku menyaksikan satu lagi kematian iaitu sepasang bayi lelaki kembar..saat aku terlihat dua susuk tubuh kecil berbalut kain putih itu dibawa oleh seorang mak cik..terasa sayu di hati..tetapi arwah mungkin menjadi syafaat buat ahli keluarganya..

Sangat kecil, terlalu muda..Allah memanggilnya pulang..masih suci bersih dan tiada noda dosa..apa lah pula nasibku..Allahu akbar..bimbang memikirkan hal ini..namun, persediaan adalah perlu supaya tiada kedengaran tangisan penyesalan kelak..kerna bertanyakan kenapa lah aku di dunia dahulu tidak mengerjakan amal kebajikan, berbuat baik..segala-galanya PASTI sudah terlambat jika ini berlaku.

Peringatan demi peringatan kerap kali diungkapkan, tapi adakah hati dan diri ini mengambil iktibar?? Tanyalah dirimu..
Bukan kerna hanya amalan, seseorang beroleh syurgaNya, tetapi juga kerana rahmatNya.. Subhanallah..lihatlah kasihNya.Dia sungguh menyayangi kita, tetapi di manakah kita menempatkan Dia dalam diri kita? Wahai diri, sedarlah..

REHLAH KEMATIAN
Ya Allah, aku insan lemah yang sangat memerlukanMu. Berilah hamba petunjuk dan hidayahMu. Mudah-mudahan aku tidak tersasar dari landasan agamaMU. Ameen.

Antara cara membersihkan diri (tazkiyatun nafsi) - banyakkan memperingati mati..ingatan buat diri.

Ketahuilah..

Sabar itU Indah…

Firman Allah SWT dalam kalam agungNya Kitab Al-Quranul Karim menerusi Surah Al-Kahf,18:28 yang bermaksud :
“ Dan bersabarlah engkau Muhammad bersama orang yang menyeru TuhanNya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keredhaanNya dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka kerana mengharapkan perhiasan kehidupan dunia dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas .”


*Sabar termasuk akhlak yang paling utama yang banyak mendapat perhatian Al-Qur’an dalam surat-suratnya. Imam al-Ghazali berkata, “Allah SWT menyebutkan sabar di dalam al-Qur’an lebih dari 70 tempat.”Dan terdapat juga beberapa pendapat lain.

*Kebalikan/lawan sifat sabar adalah jaza’u (sedih dan keluh kesah), Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam al-Quran, Surah Ibrahim
[14]: 21:

“...sama saja bagi kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.”

*Aspek kesabaran sangat luas, lebih luas dari apa yang selama ini difahami.
Imam al-Ghazali berkata, “Bahwa sabar itu ada dua; pertama bersifat badani (fizik), seperti menanggung beban dengan badan, berupa pukulan yang berat atau sakit yang kronis.

Yang kedua adalah al-Sobru al-Nafsi (kesabaran moral) dari syahwat-syahwat naluri dan tuntutan-tuntutan hawa nafsu. Bentuk kesabaran ini beraneka macam:

- Jika berbentuk sabar (menahan) dari syahwat disebut Iffah.
- Jika di dalam musibah, secara singkat disebut Sabar, kebalikannya adalah Juz’u (keluh kesah).
- Jika sabar di dalam peperangan dan pertempuran disebut Syaja’ah (berani), kebalikannya adalah Al-Jubnu (pengecut)
- Jika sabar di dalam mengekang kemarahan disebut Lemah Lembut (Al-Hilmu), kebalikannya adalah Tadzammur (Emosional)
- Jika sabar dalam menyimpan perkataan disebut Katum (Penyimpan Rahasia)
- Jika sabar dari kelebihan disebut Zuhud, kebalikannya adalah Al-Hirshu (Serakah)

* Pada suatu hari Rasulullah SAW ditanya tentang Iman, beliau menjawab: Iman adalah sabar. Sebab kesabaran merupakan pelaksanaan keimanan yang paling banyak dan paling penting.

“……...Dan orang-orang yang sabar dalam musibah, penderitaan dan dalam peperangan mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”
(Al-Baqarah, 2: 177)

Tuntasnya, itu kita dapatlah memahami mengapa al-Quran menjadikan masalah sabar sebagai kebahagiaan di akhirat, tiket masuk ke syurga dan sarana untuk mendapatkan sambutan para malaikat.

“Dan Dia memberi balasan kepada mereka atas kesabaran mereka dengan syurga dan (pakaian) sutera”.
(Surah Al-Insan,76: 12)

“…Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”
(Surah Ar-Ra’d,13:22-24)

Info Sabar

*Sabar adalah ke”khas”an manusia, sesuatu yang tidak terdapat di dalam binatang sebagai faktor kekurangannya, dan di dalam malaikat sebagai faktor kesempurnaannya.

*Binatang telah dikuasai penuh oleh syahwat. Sebaliknya, malaikat dibersihkan dari syahwat sehingga selalu cenderung kepada kesucian Ilahi dan mendekat kepada-Nya.

*Tetapi manusia adalah makhluk yang dicipta dalam suatu proses perkembangan; merupakan makhluk yang berakal, mukallaf (dibebani) dan diberi cobaan, maka sabar adalah “kekuatan” yang diperlukan untuk melawan “kekuatan” yang lainnya. Sehingga terjadilah “pertempuran” antara yang baik dengan yang buruk. Yang baik dapat juga disebut dorongan keagamaan dan yang buruk disebut dorongan syahwat.

Pentingnya Kesabaran

Agama tidak akan tegak, dan dunia tidak akan bangkit kecuali dengan sabar. Sabar adalah kebutuhan duniawi keagamaan. Tidak akan tercapai kemenangan di dunia dan kebahagaiaan di akhirat kecuali dengan sabar.
Al-Qur’an telah mengisyaratkan pentingnya kesabaran ini. Ketika menyinggung masalah penciptaan manusia dan cobaan penderitaan yang akan dihadapinya, dalam surah Al-Insaan,76: 2,

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang tercampur yang Kami hendak mengujinya )dengan perintah dan larangan)”.

Pentingnya Kesabaran Bagi Orang Beriman.

Sudah menjadi sunnatulah bahawa kaum muslimin harus berhadapan dengan para musuhnya yang jahat yang membuat munkar dan tipu daya. Seperti Allah menciptakan Iblis untuk Adam; Namrud untuk Ibrahim; Fir’aun untuk Musa dan Abu Jahal untuk Muhammad saw.

Dalam (Surah al-Ankabut, 29 : 1-3)

“Ali Laam Miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan; kami telah beriman, padahal mereka belum diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.” ##

Menurut Dr. Mohd Yusuf Al Qardhawi, sabar merupakan sebesar-besar akhlak Al-Quran. Ini kerana menurut beliau kalimah sabar ini seringkali disebut di dalam kitab suci itu. Manusia sering diingatkan supaya bersabar. Dalam Al-Quran, sabar ini bukan sahaja merujuk kepada surah-surah Makkiyah iaitu surah-surah yang mengajar manusia tentang iman tetapi juga surah-surah Madaniyah yang menerangkan tentang cara hidup manusia mukmin.

Menurut Imam Al-Ghazali pula, dalam kitab As-Sabr Wa As-Sykr Daru Rubu’ Al Munajiyat, dari kitab induknya Ihya Ulumud Din , kalimah sabar dalam Al-Quran terdapat melebihi tujuh puluh tempat.

Menurut Ibnu Qayyim pula dalam kitabnya Madarij As Salikin, memetik Dari Imam Ahmad menerangkan sabar dalam Al-Quran itu disebut melebihi sembilan puluh tempat.

Menurut Abu Thalib Al Makki pula dalam Kitana Qut Al-Qulub memetik dari sebilangan ulama katanya maka satu perkataan lagi yang melebihi kalimah sabar. Sesungguhnya Allah Taala telah menyebut tentangnya dalam kitabnya melebihi sembilan puluh tempat dan kami tidak mengetahui perkataan itu melainkan orang-orang yang sabar.

Terdapat beberapa dalil dalam Al Quran tentang sabar ini di antaranya (Surah
An Nahl,16: ayat 126-127) maksudnya :-

“Dan jika kamu memberikan pembalasan , hendaklah dibalskan serupa dengan kejahatan yang diperbuatkan kepada kamu, dan kalau kamu bersabar, maka itulah yang paling baik bagi orang-orang yang sabar. Dan hendaklah engkau bersabar, dan tidak adalah kesabaran itu melainkan dengan pertolongan Allah”

Dalam (Surah Al-Kahf,18:28) pula, Allah berfirman :

“ dan bersabarlah engkau bersama-sama orang yang menyeru tuhannya pada waktu pagi dan petang , mereka menginginkan keredhaan allah dan janganlah engkau menghindarkan pemandangan daripada mereka.”

Sabar disini dulas dengan makna teguhkan hatimu bersama mereka.

*Sabar lawannya gelisah. Oleh yang demikian kita janganlah gelisah kerana itu adalah cabang membawa kita kepada api neraka. Allah ada berfirman dalam Quran yang menunjukan satu kaum yang menidakkan sabar itu dan berputus asa dengan rahmat Allah.

Firman Allah s.w.t di dalam Al-Quranul Karim Yang bermaksud :

"Wahai orang-orang yang beriman minta tolonglah kamu dengan sabar dan sembahyang, sesungguhnya Allah bersama-sama dengan orang yang sabar"(153.)

Secara umumnya kita semua maklum apa itu yang dikatakan sabar.Tidak perlu kita menta'rifkannya secara terperinci.Bukan sekali dua sifat yang mulia ini kita temui di dalam kitab suci Al-Quran dan juga hadis-hadis Rasulullah s.a.w.

Malahan setiap ketika kita mengucapkannya kepada teman-teman kita atau sesiapa sahaja bila mana mereka ini ditimpa oleh sesuatu perkara yang tidak diingini .Hatta terhadap diri kita sendiri pun sifat ini akan terlintas di hati bila perkara yang sama berlaku terhadap diri kita.Secara kesimpulannya sifat ini merupakan salah satu sifat yang dihimpunkan di dalam sifat-sifat " Mahmudah" .

Banyak hadis-hadis Rasulullah s.a.w. yang menceritakan kepada kita betapa ganjaran,kelebihan dan kebaikan yang Allah s.w.t. anugerahkan kepada hambanya apabila sifat ini dapat ditakluki secara sempurna yang mungkin. Sebagaimana terdapat hadis Rasulullah s.a.w. yang menyatakan kebaikan sabar ini sebagaimana sabdanya :

Yang bermaksud :Bersabar terhadap perkara yang dibenci itu terkandung di sana kebaikan yang banyak .


Sememangnya sifat ini Allah s.w.t. telah membekalkan kepada setiap hambanya samada yang mukminnya mahu pun yang kafirnya. Pokoknya penguasaan sifat sabar ini sehingga ke tahap mana kita sebagai makhluk Allah s.w.t.sudah tentu tidak mampu untuk mengukurnya kecuali Allah s.w.t. yang Maha Mengetahui.

Sifat SABAR terbahagi kepada dua bahagian:

1 - Maqamat

Maqamat ialah perjuangan atau usaha serta mujahadah yang kita lakukan dengan tujuan untuk mendatangkan sifat tersebut. Tidak bererti sifat ini sentiasa kekal pada diri kita tanpa kita tidak sedikit pun berjuang untuk mendapatkannya.

Sebagai contoh, kita maklumi bahawa setiap hamba Allah di muka bumi ini Allah telah disediakan atau ditetapkan rezekinya masing-masing. Tetapi apakah rezeki itu datang secara bergolek sahaja kepada kita tanpa sedikit pun kita berusaha untuk mendapat kannya. Begitulah juga dengan sifat -sifat baik yang kita utarakan ini.Sifat tawadhuk ,wara' ,ridha dan segala sifat mahmudah ini tidak akan tercapai oleh kita tanpa ada usaha yang sebenarnya dari kita.

2 - Ahwal

Ahwal ini merupakan suatu perasaan yang timbul dengan sendirinya terhadap diri kita.Tidak kira samaada perasaan itu berbentuk gembira, bahagia, senang, sedih , marah dan sebagainya.

Al Imam Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad di dalam kitabnya telah membahagikan sifat sabar ini kepada empat bahagian.

1 - Sabar di dalam melaksanakan ketaatan sewaktu beribadat kepada Allah s.w.t.

2 - Sabar terhadap perkara-perkara maksiat

3 - Sabar terhadap perkara-perkara yang tidak diingini

4 - Sabar terhadap hawa nafsu

1) Sabar di dalam melaksanakan ketaatan sewaktu beribadat kepada Allah s.w.t.

Untuk melahirkan sifat sabar yang sebenarnya terhadap perkara perkara ketaatan ini hendaklah setiap ketaatan yang kita datangkan itu disertai bersama dengan perasaan ihklas yang lahir di dalam hati kita.

Ini kerana untuk melahirkan perasaan ihklas ini bukan suatu perkara yang mudah dan senang. Ianya bukan boleh dibuat -buat begitu sahaja tanpa merasakan sesuatu yang benar-benar ihklas lahir dari lubuk hati kita. Maka inilah yang dinamakan ahwal.

Bila mana kita telah mampu mendatangkan sifat ini dengan penuh usaha dari kita maka secara automatiknya kita telah mampu untuk meninggikan maqamat atau kedudukan kita di sisi Allah s.w.t. dalam perkara sabar ini.

Terkadang kita merasakan bahawa untuk melakukan sesuatu perkara taat merupakan suatu perkara yang senang sekali. Kita boleh sahaja menunaikan solat fardhu lima kali setiap hari, kita boleh saja berpuasa wajib di bulan Ramadhan secara keseluruhannya , begitu juga dengan puasa -puasa sunat dan solat-solat sunat, kita bila-bila masa sahaja boleh memberikan bantuan kepada sesiapa sahaja yang memerlukan bantuan dari kita.

Tetapi apakah selama kita menunaikan ketaatan kita kepada Allah s.w.t.disertai juga dengan sifat ihklas ?. Alangkah ruginya kita apabila setiap perkara taat yang kita usahakan pagi petang siang dan malam cuma semata-mata kerana makhluk Allah s.w.t sahaja tetapi bukan kerana yang Maha suci.

Setiap solat yang kita tunaikan semata-mata ingin dilihat oleh orang lain dan ingin mendapatkan pujian dari mereka. Setiap puasa yang kita usahakan sepanjang hari,
kita merasakan bahawa itu merupakan suatu perkara terpaksa bagi kita,bukan dengan kemahuan yang kita inginkan atau ingin menunjuk-nunjuk bahawa kitalah orang yang paling rajin menunaikan puasa sunat setiap minggu, demikian juga bantuan yang kita hulurkan kepada sesiapa sahaja semata-mata ingin mendapatkan imbalan atau balasan dari mereka tanpa kita sedikit pun menyandarkan kepada Allah s.w.t,apatah lagi hendak disertai dengan perasaan ikhlas.

Sekiranya segala sebab-sebab sebegini masih lagi meliputi di tubuh badan dan jiwa kita, setiap amal kebaikan yang kita lakukan sudah sekian banyak terjual dengan sifat sum'ah dan riak kita dan setiap perkara-perkara kebaikan yang sudah sekian lama kita kerjakan sudah terjual semuanya dengan segala sifat mazmumah dari kita, maka kita sendiri boleh merasakan bahawa maqam sabar kita terhadap perkara-perkara taat di sisi Allah s.w.t. masih terlalu jauh lagi dari kita.

2) Sabar terhadap perkara-perkara maksiat

Seterusnya marilah bersama-sama kita lihat bagaimana huraian terhadap pembahagian kedua iaitu sabar terhadap perkara-perkara maksiat. Apakah tindakan yang sewajarnya yang perlu kita lakukan bila mana kita berhadapan dengan perlakuan maksiat yang berlaku dihadapan mata kita.

Pada hakikatnya untuk mendatangkan sifat sabar terhadap perkara maksiat ini lebih berat daripada kita mengelak diri dari mendatangkan sifat -sifat mazmumah dalam peribadatan kita kepada Allah s.w.t. sebagaimana yang kita bincangkan pada bahagian pertama tadi.

Kalau kita lihat pada bahagian yang pertama tadi juga ia merupakan suatu perkara yang ringan untuk dilaksanakan bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah s.w.t. Manakala ianya akan menjadi berat bagi orang yang tidak mendapatkan hidayah dan petunjuk daripada Allah s.w.t. Pertama kerana ianya memerlukan usaha yang bersungguh-sungguh dan paksaan yang kuat untuk meninggalkannya. Sekiranya tanpa usaha dan paksaan dari kita sudah tentu perkara maksiat ini tidak akan lekang dari kita

Al Imam Al Habib Ibnu Alwi Al Haddad dalam pembicaraannya dalam masalah ini telah memberikan suatu peringatan kepada kita dengan sekeras-kerasnya supaya jangan sekali-kali kita cuba untuk mengingati atau mengimbas kembali segala sejarah buruk dan segala perlakuan maksiat yang telah kita lakukan sewaktu masa dahulu.Walaupun pada masa ini kita menganggap bahawa kita telah pun berada di dalam golongan orang-orang yang selalu mengingati Allah s.w.t.

Tetapi jangan sekali-kali kita merasakan bahawa diri kita mampu untuk mengatasi segala maksiat yang berlaku terhadap diri kita dan di hadapan mata kita.Tidak bererti kita mampu untuk menghindarkan diri kita ,walaupun di dalam kepala kita terkumpul ayat-ayat Al-Quranul Karim, terhimpun hadis-hadis Nabi s.a.w., termaktub di dalam benak kita segala ilmu yang telah kita timba semenjak dari tahun pertama pengajian sehinggalah ke hari ini.

Ini kerana walaupun kita sekarang berada di maqam yang tertinggi tetapi sekali kita teringat sahaja terhadap keseronokan dosa dan keenakan maksiat yang telah kita lakukan suatu masa dahulu maka secara spontan perasaan tersebut akan terlintas di hati kita untuk kita kerjakan bagi kali kedua.Jelas sekali perkara ini amat berbahaya kepada kita sekiranya tidak ada paksaan dari kita untuk meninggalkan segala ingatan tersebut.

Jadi seandainya kita mengingati segala dosa kesalahan kita yang telah silam itu akan membuat kita lebih menyesal dan insaf dengan sebenar-benarnya dan sekaligus akan meningkatkan kedudukan atau maqam kita kepada maqam taubah dan istighfar itu adalah suatu yang baik tetapi yang terlebih baik sekali ialah tidak mengingati sama sekali perkara-perkara hitam yang telah kita lakukan dahulu.

Al Imam Al Habib Ibnu Alwi Al Haddad dalam kitabnya begitu kuat sekali menekankan perkara ini agar tidak mengingatinya kembali sehingga ia mengatakan bahawa lebih ringan masuk neraka daripada kita terjerumus kembali ke dunia maksiat akibat perbuatan kita terus-menerus membayangkan keindahan maksiat yang telah kita lakukan beberapa waktu dahulu.

3) Sabar terhadap perkara-perkara yang tidak diingini

Sabar dalam perkara-perkara yang tidak diingini atau dibenci terbahagi kepada dua bahagian:

a: Sabar kita sewaktu ditimpa sebarang bencana atau malapetaka.

i.e. sabar ketika kita menerima sebarang bentuk malapetaka atau musibah yang bukan sebab daripada seseorang hamba atau makhluk Allah s.w.t tetapi ianya adalah terus dari Allah s.w.t. Umpamanya sakit ,hilang dan musnah harta kita akibat banjir yang melanda,ribut taufan yang memusnahkan segala-galanya dan sebagainya.

Bagaimana perasaan kita sewaktu kita kehilangan seseorang yang amat kita sayangi, bagaimana perasaan kita sewaktu rumah yang kita tinggal dijilat api semuanya, bagaimana perasaan kita sewaktu kita sihat walafiat tiba-tiba Allah datangkan kepada kita suatu penyakit yang amat sukar untuk diubati.

Sudah tentunya ketika berhadapan dengan perkara-perkara atau musibah sebegini kita akan mengeluh dan mengadu ke sana dan ke mari untuk menyatakan perasaan kita yang kita tanggung waktu itu.Ketika inilah ujian sebenar yang menimpa kita akan menentukan kita sama ada kita sabar atau tidak untuk menghadapinya .

Bagi seseorang yang telah biasa dengan maqam sabar ini sudah tentunya mudah bagi dirinya untuk menyandarkan bahawa ini merupakan suatu ujian Allah kepada dirinya. Sekali gus maqam al qada' dan qadar telah tersemai dalam dirinya walaupun pelbagai sebab telah tersedia ada di hadapannya sebagai suatu ‘illah bagi peristiwa-peristiwa yang telah berlaku terhadap dirinya. Namun, kesemuanya itu tetap menjadi suatu perkara yang telah disandarkan kepada Allah s.w.t. Bagi seseorang yang sentiasa mengeluh dan terus mengadu ke sana dan ke mari, seolah-olahnya ia tidak setuju dengan al qada' dan al qadar yang telah diturunkan kepadanya.

Tetapi tidaklah semua keluhan yang kita luahkan itu merupakan ketidak setujuan kita terhadap musibah yang ditimpakan kepada kita. Contohnya lelehan air mata yang turun dari kelopak mata kita sewaktu ditimpa sebarang musibah atau kita menahan sebarang kesakitan dan sekaligus kita tidak mengadu ke sana dan ke mari itu tidaklah dinamakan kita tidak sabar terhadap ujian yang ditimpakan kepada kita atau dengan kata lain itu tidaklah bertentangan dengan maqam sabar yang kita bicarakan ini.

Gambaran seperti ini jelas sekali tidak mengapa sebagaimana yang berlaku terhadap junjungan kita nabi besar Muhammad s.a.w. sewaktu kewafatan seorang anak lelaki kesayangan baginda, iaitu yang bernama Ibrahim.

Di mana pada waktu itu baginda tidak lagi dapat menahan kesedihan sehingga mengalir air mata babinda,sebagaimana menurut maksud sabdanya : "Sesungguhnya dengan air mata yang menitis ,dengan hati yang berdukacita,sesungguhnya dengan kami sangat berdukacita sekali sewaktu kami berpisah dengan anda"

Itu adalah merupakan suatu keadaan ketika mana Nabi melepaskan putera baginda yang bernama Ibrahim dengan lelehan air mata yang tidak dapat dibendung lagi kerana terlalu sedih , di mana setelah menerima asuhan dari Nabi anak tersebut menghembuskan nafasnya yang terakhir.





Bersabarlah wahai diri…sabarlah.
Dahulu, kalimah sabar ni hanya tau sebut ja..rupa-rupanya disebalik perkataan ini tersingkap sejuta kemanisan dan kebahagiaan..akhirnya ku nyatakan pada diri SABAR ITU INDAH..cukup indah.
Kini, aku jadikan ia sebagai moto diri..dalam kesabaran aku jumpa segala-gala sifat yang baik. Dan apabila menelusuri Sirah Junjungan Nabiyyina Muhammad SAW, ternyata bagindalah insan yang paling tinggi kesabarannya..cukup aku kagumi dan aku mahu ikuti..
Menurut Kamus Dewan Bahasa SABAR bermaksud betah menahan penderitaan,kesakitan dan kesusahan atau tidak terburu-buru dan tenang.
Mengharungi kehidupan hari demi hari, menyaksikan pelbagai qisah dan ragam hidup makhluk ciptaan terbaikNya yang bernama manusia atau dikenali juga sebagai khalifah.
Turut tak ketinggalan, aku juga terpaksa berhadapan dengan insan-insan yang pelbagai perilakunya..dan ia juga membuktikan kehebatan Allah SWT yang Maha Kuasa menciptakan hamba-hambaNya dengan pelbagai sifat..ada yang diam seribu bahasa dan ada juga yang bijak berbicara..Dan apakah citra yang ku miliki?? Inilah yang mahu ku bentuk dalam diri dan aku memilih sifat SABAR sebagai pilihan utama..
Ternyata kesabaran yang dipupuk dan disemai itu bukanlah pekerjaan yang mudah jika ia tidak dibaja sempurna..cabaran yang mengintai setiap hari hadir dalam pelbagai rupa dan irama..ada kalanya kesabaran dapat diukir dan ada ketika sabar menjauhi diri.. “Allahummaj’alni minassoborin…”
Firman Allah Ta’ala yang bermaksud:
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan mengerjakan sembahyang, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar”.
(Surah Al-Baqarah,2:153)
FirmanNya lagi:
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar.”
(Surah Al-Baqarah,2:155)

FirmanNya lagi:
“Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar”.
(Surah al-Imran,3:146)

FirmanNya lagi:
“Hanyasanya orang-orang yang bersabar itu akan disempurnakan pahalanya tanpa kiraan.”
(Surah Az-Zumar:10)

Bersabda Rasulullah SAW:
“Siapa yang suka sabar, niscaya Allah akan memperteguhkan hatinya. Dan tiada seseorang pun yang diberi kurnia lebih baik dan lebih luas daripada sifat sabar”.
Bersabda Rasulullah SAW lagi:
“Bersabar terhadap hal-hal yang engkau tidak senang itu ada kebaikannya yang banyak.”

*Lantaran, sifat sabar itu sangat diperlukan dalm hidup kita, terutama apabila menghadapi bala bencana dan musibah, kesusahan dan kesukaran serta sebarang penganiayaan. Dengan kesabaran, kita akan bersikap tenang apabila ditimpa masalah dan tidak segera berputus asa. Namun, AnaKhalifatullah akui untuk mencapai tahap kesabaran yang tinggi itu bukanlah mudah..akan tetapi kita bias melatih diri.
Sabda Rasullah SAW lagi yang bermaksud:
“Tiada yang menimpa seorang Mukmin dari bala bencana, ataupun kesukaran, ataupun kerunsingan, sehingga duri yang menyucukinya, melainkan Allah akan menebus dengannya segala dosa-dosanya.”
Moga kita dapat mempraktikkan SABAR supaya sebati dalam diri =) Dalam keadaan kita sebgai pelajar ni, sudah pasti banyak cabarannya. Cukup-cukup menguji jiwa dan hati. SABAR biasa lawannya marah..sebagai contoh, apabila perasaan marah mengatasi menyebabkan hilangnya SABAR.

Rujuk hadith 16 dalam kitab hadith 40 al- Imam An Nawawi:

"Bahawa seorang lelaki berkata kepada Nabi saw: Berikan daku wasiat. Baginda bersabda: Janganlah engkau marah. Lelaki itu mengulangi soalan itu beberapa kali. Baginda tetap bersabda: janganlah engkau marah.

(Hadis Riwayat Al Imam Al Bukhari)

SUMBER: BUKU NASIHAT AGAMA DAN WASIAT IMAN – IMAM HABIB ABDULLAH HADDAD / WEB (BLOG)
Masya Allah..begitu hebat maqam SABAR ini.
Mudah-mudahan kita dari kalangan hamba-hambaNya yang diberi kesabaran. Ameen.